Sunday, December 31, 2006

Enterpreneur Pencipta Lapangan Kerja

Oleh : HM. Aksa Mahmud*)

Tidak dapat dipungkiri bahwa dewasa ini banyak sarjana lulusan perguruan tinggi yang belum mendapatkan pekerjaan. Akibatnya, banyak sarjana hanya sebagai pencipta pengangguran dibanding sebagai pencipta peluang kerja. Sehingga masalah kualitas SDM perguruan tinggi sangat penting untuk diperhatikan dan dicarikan solusinya.

Memperperhatikan kondisi yang cukup memprihatinkan tersebut, sudah selayaknya diperlukan perhatikan yang serius, baik dari pemerintah, pihak pengusaha, dan terutama perguruan tinggi sendiri sebagai lembaga penghasil sarjana tersebut. Jadi perguruan tinggi hanya berharap mendapatkan mahasiswa yang sebanyak-banyaknya, tanpa diimbangi dengan pemikiran dan tindakan nyata, mengenai bagaimana setelah mereka lulus nantinya.

Untuk mengatasi hal itu, perlu kirannya dilakukan langkah preventif untuk mengantisipasi banyaknya sarjana yang menganggur, utamanya dengan menanamkan serta membangun jiwa dan perilaku entrepreneur atau kewirausahaan sejak mereka menjadi mahasiswa. Dengan begitu, setelah lulus kelak diharapkan beberapa sarjana yang belum mendapatkan pekerjaan berpeluang menjadi sarjana yang mandiri, yaitu sarjana yang mampu menghadapi tantangan dunia kerja di masyarakat dan bahkan mapu menciptakan lapangan kerja.

Sekedar mengingatkan bahwa agama Islam mempunyai pandangan tegas terhadap pentingnya membangun jiwa dan perilaku wirausahawan ummat. Pertama, sesuai firman Allah dalam Surat Al-Insiqaq (84) ayat enam, yang berbunyi, “wahai manusia sesungguhnya engkau harus berusaha dan kerja keras (secara sungguh-sungguh dan tekun), menuju keridhaan Allah, maka pasti kamu akan menemui-Nya.“

Kedua, sesuai Sabda Rasullah SAW, yang mengatakan, „Berkerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhirat seakan kamu akan mati besok pagi,“

Secara umum dapat dipastikan bahwa kata wirausaha berasal dari „Wira“ yang berarti „Pahlawan“ dan „Swasta“ berarti „Partikelir“ atau dalam istilah asingnya „Enterpreneur“ yang berasal dari bahasa Perancis, yang berati „seorang yang berusaha“, atau „Pengusaha“. Oleh ahli ekonomi Prof. Schumpeter mendefinisikan pengusaha „sebagai seorang yang mampu menciptakan atau memberikan nilai tambah dengan mengombinasikan secara efisien dan efektif dari sumber daya ekonomi yang ada melalui kegiatan-kegiatan produksi, perdagangan dan pemasaran.“

Selanjutnya dapat dijelaskan tentang Karakteristik, Watak, Jiwa dan Ciri Wirausahawan, yakni :
Karakteristik Wirausahawan, menurut pakar bisnis McClelland, adalah seseorang yang mempunyai virus kepribadian yang menyebabkan seseorang selalu ingin berbuat lebih baik, dan terus maju, memiliki tujuan yang realistis dan siap mengambil risiko dengan perhitungan-perhitungan yang tepat.
Watak Wirausahawan, dapat meliputi banya aspek : Berwatak maju; Berpandangan positif, kreatif dan inovatif; Ulet, tekun, dan tidak lekas putus asa; Mempunyai komitment kuat dan kompetensi; Pandai bergaul dan setiakawan; Memelihara kepercayaan; Pribadi menyenangkan; Selalu meyakinkan diri sebelum bertindak; Sangat menghargai waktu; Tidak ragu terhadap saingan; Selalu bersyukur, beriman,berbuat baik dan jujur.
Jiwa dan Semangat Wirausahawan dapat meliputi; Percaya diri sendiri; Tahu apa mau dan cita-citanya; Rasa bertanggung jawab atas tugas dan kewajibannya; Berani mengambil resiko yang diperhitungkan; Selalu berinisiatif dan disiplin; Bertekad menyebar-luaskan segala kebaikan bagi masyarakat.

Ciri-ciri Wirausahawan dapat meliputi : Punya kemauan dan semangat tinggi; Mampu mengorganisasi pekerjaan dengan baik; Berorientasi masa depan; Terampil dalam mengambil keputusan; Mendasarkan tindakan pada usaha untuk memperoleh hasil atau pendapatan. Dalam praktiknya dapat dijelaskan beberapa uapaya yang dapat dilakukan dalam membangun dan membekali jiwa Enterpreneurship bagi mahasiswa Universitas Al-Zaytun Indonesia yang perlu dilakukan :

Pertama, membuat sebuah fondasi yang kokoh, dengan menanamkan serta mengembangkan jiwa enterpreneur para mahasiswa, dimulai dengan mengembangkan sikap jujur yang merupakan dasar untuk melakukan perbuatan positif lainnya, serta meningkatkan sikap disiplin terhadap waktu atau mematuhi peraturan yagn ada di kampus. Diharapkan, dengan fondasi dasar tersebut maka mereka akan berusaha dengan cara beretika, dapat membina daya kreativitas dan inovasi, yang memungkinkan mereka akan siap berasing secara sehat. Juga akan menanamkan keberanian dalam mengambil keputusan dan risiko yang mungkin timbul berdasarkan perhitungan yang matang, yang dilandasi oleh percaya diri.

Kedua, mengajarkan mata kuliah kewirausahaan yang aplikatif, di setiap jurusan akademik di kampus-kampus sehingga diharapkan dengan mendapatkan materi kewirausahaan tersebut, maka mahasiswa baik dari fakultas ilmu sosial maupun eksakta akan termotivasi serta mempunyai wawasan ilmu dan pengetahuan nyata yang cukup untuk bekal berwirausaha secara mandiri.

Ketiga, mengelompokkan mahasiswa melalui kelompok terbatas berupa lembaga swadaya mahasiswa yang bergerak di bidang kewirausahaan, yang berpotensi dan mempunyai karakter untuk menjadi wirausaha, serta mencoba mengembangkan bakat dan minat mreka, diantaranya melalui aktivitas yang berkaitan dengan praktek usaha/bisnis baik di lingkungan kampus atau di luar kampus, dengan berusaha memagangkan mereka pada perusahaan-perusahaan yang ada.

Keempat, perlunya dibentuk lembaga pengembangan wirausaha untuk mahasiswa di lingkungan kampus, karena dengan lembaga tersebut diharapkan bisa membantu mengembangkan potensi mahasiswa yang berjiwa wirausaha, sekaligus memantau perkembangan aktivitas dan praktik bisnis yang dilakukan oleh mahasiswa. Lewat lembaga ini, diharapkan bisa menjalin kerja sama dengan pihak perbankan, lembaga-lembaga terkait tertentu, seperti Depnakertrans, Depkop dan BUMN, dalam rangka mencari sumber permodalan untuk mahasiswa yang sudah mulai merintis usaha, serta upaya membantu jalur pemasaran dari produk dan jasa yang mereka hasilkan.

Kelima, memperkuat relasi antara kampus dengan asosiasi kewirausahaan semacam lembaga KADIN, HIPMI, INKINDO dan sebagainya. Karena dengan melibatkan kalangan asosiasi kewirausahaan tersebut, amak akan mempermudah transfer pengetahuan dari kalangan dunia usaha swasta dengan mahasiswa yang sedang belajar. Forum diskusi, workshop, seminar dan praktik bisnis dapat dijadikan tema sentral dalam membangun ciri mahasiswa yang berwawasan kewirausahaan.

Keenam, melakukan pembinaan dan pengawasan lebih lanjut, setelah mereka lulus kuliah dan memulai usaha/bisnis, sehingga bisnis yang dilakukan oleh alumninya bisa berkemabgan dengan baik, serta jalinan kerjasama antar alumni dan almamaternya bisa terbina dengan baik. Jadi apabila mereka menjadi pengusaha yang suskes diharapkan akan memberikan bantuan, baik moril maupun material terhadap mahasiswa dari perguruan tinggi almamaternya.

Kesimpulan. Diharapkan dengan keenam pendekatan tersebut, akan dapat menjadi jalan keluar dalam upaya mengurangi sarjana pengangguran nantinya. Sebab lulusan atau sarjana yang tidak terserap oleh dunia kerja diharapkan akan dapat menciptakan lapangan kerja baru sebagai wirausaha yang berlatar belakang pendidikan tinggi.

*) HM. Aksa Mahmud adalah Wakil Ketua MPR RI. Artikel ini disampaikan sebagai makalah di hadapan Keluarga Besar Universitas Al-Zaytun Indonesia pada acara Silahturahim Idul Fitri 1427H, tanggal 25 November 2006.
(Sumber Majalah Berita Indonesia – 28/ 2006)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home